Negeri Bahagia
Dalam novel yang diangkat dari kisah nyata berjudul City of Joy karya Dominique Lapierre,
diceritakan ada sebuah tempat di mana tidak ada sebatang pohon, atau
setangkai bunga pun yang tumbuh di sana. Tidak ada kupu-kupu atau
burung, kecuali burung gagak dan pemakan bangkai. Udaranya pekat
dipenuhi karbon dioksida dan sulfur, lorong-lorongnya berubah menjadi
danau lumpur di musim hujan. Harapan hidup penghuninya mencapai tingkat
terendah di dunia karena penyakit seperti lepra, TBC, disentri, dan
malnutrisi berkubang di sana. Mayat kadang-kadang dibuang ke sungai
karena tak ada kerabat yang mampu membayar untuk upacara kremasi atau
penguburan yang layak.
Akan tetapi, tempat yang berada di salah satu pemukiman kumuh di Calcutta, India ini dinamai Anand Nagar atau Negeri Bahagia.
Penduduk di sana penuh dengan keramahan, ketulusan, cinta kasih,
pengorbanan, dan keberanian. Bagi mereka, situasi seburuk apa pun tak
pernah menjadi penghalang untuk berbagi dan bahagia.
Cerita dalam novel yang di Indonesia diterbitkan oleh
penerbit Bentang ini seakan menasehati dan membuat kita melakukan
introspeksi diri, masihkah kita sering mengeluh dan merasa menderita
dengan kehidupan yang jauh lebih baik dari mereka? Bukankah sudah
sewajarnya kita bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki saat ini?
Seperti yang kita pahami bersama, bersyukur tidak berdampak secara
langsung pada orang lain, melainkan sangat berpengaruh besar pada
kebahagiaan yang bersangkutan.
Dalam dunia kerja,
keramahan, ketulusan, cinta kasih, pengorbanan, dan keberanian adalah
faktor penentu seseorang akan sukses atau tidaknya dalam karir.
Sifat-sifat positif tersebut dalam bahasa yang lebih intelektual
disebut sebagai kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang
disinyalir sebagai penyumbang terbesar dalam kesuksesan seseorang.
Sayangnya masih banyak orang yang merasa tidak
bahagia dengan pekerjaannya dan tidak henti-hentinya mengeluh. Mereka
menyalahkan pimpinan, rekan kerja,
kebijakan perusahaan, kebijakan pemerintah, hingga menyalahkan
presiden. Mereka menyimpulkan bahwa penyebab gajinya yang kecil dan
penyebab kemandegan karirnya adalah bukan dirinya tapi orang lain. Itu
berarti secara tidak langsung mereka menyerahkan nasibnya pada orang
lain sambil menunggu mereka berbaik hati menaikkan gajinya dan
mengangkatnya menjadi manager atau bahkan direktur. Mereka
seperti orang-orang yang mengeluh dan mencaci Jakarta karena macet,
banjir, polusi dan hal-hal lainnya. Namun, mereka masih tetap tinggal di
Jakarta dan tidak terlintas di benaknya sedikit pun untuk pindah ke
pegunungan yang jalannya lancar, tidak banjir, dan udaranya masih
bersih.
Mari kita bangun negeri bahagia di dalam hati kita
dengan ketulusan, cinta kasih, pengorbanan, dan keberanian. Mari kita
syukuri pekerjaan yang kita
miliki sekarang dengan mencintainya bukan membencinya. Bukankah jika
kita membenci pekerjaan, maka pekerjaan pun akan membenci kita dan jika
kita mencintai pekerjaan, maka pekerjaan pun akan mencintai kita? Ini
adalah hukum sebab akibat atau ketetapan Tuhan yang berlaku pasti dan
layak untuk kita renungkan. Semoga saya, Anda, kita semua tergolong
orang-orang yang pandai bersyukur dan senang berbagi kebahagiaan pada
sesama. Nasihat guru kami tentang kebahagiaan, “Jika kita ingin bahagia,
bahagiakanlah sebanyak mungkin orang”.
With Love and Respect
sumber : Negeri Bahagia
0 comments:
Post a Comment